Para Pendiri agama-agama dunia, Pendidik kemanusiaan universal yang hebat, memiliki tujuan bersama untuk menyatukan umat manusia dan memastikan kemajuan peradaban.
“Mereka semua berdiam dalam kemah yang sama, membubung di langit yang sama,
duduk di atas takhta yang sama mengucapkan sabda yang sama, serta
mengumumkan Agama yang sama.” – Baha’u’llah
Pada tahun 1844, Sang Báb mengumumkan sebuah misi untuk mempersiapkan umat manusia akan kedatangan Bahá’u’lláh. Kedatangan-Nya menandakan bahwa umat manusia kini berada pada ambang pintu zaman baru, zaman kedewasaan. Suatu zaman yang secara bertahap menuntun umat manusia melihat seluruh bumi dengan semua bangsanya yang beranekaragam, dalam satu perspektif. Sifat kesatuan yang menjadi ciri khas ajaran yang Mereka sampaikan ini, melalui perintah langsung dari Bahá’u’lláh telah menjamin keberlangsungan Agama-Nya setelah Beliau wafat. Garis penerus-Nya, yang dikenal sebagai Perjanjian Bahá’u’lláh terdiri dari Putra-Nya Abdu’l-Bahá, lalu diteruskan kepada cucu ‘Abdul-Bahá yaitu Shoghi Effendi dan terakhir adalah Balai Keadilan Sedunia sesuai dengan mandat dari Bahá’u’lláh. Seorang Bahá’í harus menerima dan mengakui otoritas ilahi dari Sang Báb, Bahá’u’lláh dan para penerus-Nya.