Doa adalah percakapan rohani antara jiwa dengan Penciptanya, langsung dan tanpa perantara. Doa merupakan makanan spiritual yang mempertahankan kehidupan rohani. Laksana embun di pagi hari doa menyegarkan hati dan membersihkannya, dan memurnikannya dari obyek-obyek pegangan ego dan bersikeras. Doa menjadi api yang membakar habis cadar penutup serta menjadi cahaya yang membimbing ke arah perjumpaan kembali dengan Yang Maha Kuasa. Dengan sayap berupa doa, roh melayang di langit Tuhan dan mendekat pada kenyataan ilahiah.
Perkembangan semua kapasitas jiwa yang tak terhingga tergantung pada mutu doa itu, namun berdoa terus dalam waktu yang terlalu lama tidaklah baik. Semua daya yang tependam dalam doa akan diwujudkan ketika doa itu terdorong oleh cinta pada Tuhan, tersucikan dari rasa takut atau keinginan, bebas dari pamer dan takhayul. Doa harus diucapkan dengan hati yang ikhlas dan murni yang kondusif untuk perenungan dan meditasi sehingga akal manusia dapat diterangi olehnya. Doa seperti itu akan melebihi batas perkataan dan melampaui bunyi semata, …membahagiakan dan membangkitkan kalbu dan memperkuat daya tembus dari Firman Ilahi, mengubah kecenderungan duniawi menjadi sifat-sifat surgawi dan mengilhami orang untuk mengabdi tanpa pamrih kepada umat manusia.
Komunitas Bahá’i dalam usaha dan peningkatan kapasitasnya untuk pembangunan masyarakat tidak terlepas dari peranan Sabda Ilahi. Sehingga pertemuan doa muncul secara alami dalam suatu komunitas dimana hasrat dan semangat untuk mengabdi pada bangsa dan pada umat manusia menjadi satu tujuan bersama. Dalam situasi yang beraneka komunitas Baha’i bersatu dalam doa bersama dengan yang lain. Suatu semangat doa secara komunal diciptakan melalui pertemuan-pertemuan sederhana semacam ini, dan semangat ini telah meresap ke dalam upaya-upaya kolektif oleh komunitas. Pada saat ini, beribu-ribu pertemuan doa seperti ini diadakan di tempat-tempat di seluruh dunia – baik di kota atau di pingiran kota, di dusun dan di desa-desa.